Jobestrip |
Mesin penenun hujan.
Kata-kata itu saya lihat di baris terakhir dalam sebuah sticky note diantara note-note lain yang memenuhi desktop laptopnya. Dahi saya mengernyit, mengingat-ingat sesuatu yang mungkin saja sudah terlupa. Saya bertanya-tanya: Apa ya? Ini kata-kata pernah lihat dimana ya? Apa sebuah alat temuan baru yang sedang dia kembangkan?
Hari itu saya tak melanjutkan pemikiran tentang mesin penenun hujan, atau kata-kata menarik lain dalam note-note tersebut, seperti gadis mimpi dan jatuh hati. Saya sedang sibuk menyusun jadwal kuliah dan menunggu si tuan empunya laptop selesai kuliah. "Harus buru-buru dirampungin" gumam saya.
Kemudian beberapa hari selanjutnya saya kembali teringat. Iseng-iseng saya tanyakan ke dia. "Lho, kamu nggak tahu?" Tanyanya heran. Saya malah heran, kenapa saya harus tahu?. Setelah mencari di internet, barulah saya tau. Sebuah lagu dengan instrument piano yang mana judulnya 'Mesin Penenun Hujan' dinyanyikan oleh seorang gadis asal Jogja dengan nama FRAU. Ada yang pernah dengar lagunya?
Merakit mesin penenun hujan, hingga terjalin terbentuk awan
Semua tentang kebalikan, terlukis, tertulis, tergaris di wajahmu
Keputusan yang tak terputuskan, ketika engkau telah tunjukkan
Semua tentang kebalikan, kebalikan di antara kita
Kau sakiti aku, kau gerami aku ... Kau sakiti, gerami, kau benci aku
Tetapi esok nanti kau akan tersadar... Kau temukan seorang lain yang lebih baik
dan aku kan hilang, ku kan jadi hujan ... Tapi takkan lama, ku kan jadi awan
Merakit mesin penenun hujan,
ketika engkau telah tunjukkan Semua tentang kebalikan, kebalikan di antara kita
Membaca lirik lagunya, tentu saja setiap penikmat karya punya pandangan masing-masing mengartikan lagu ini: tentang kesedihan, tersakiti, patah hati, kenyataan yang jauh dari harapan, walau kurang lebihnya akan seperti itu. Bagi saya sendiri, lagu ini menggambarkan seseorang yang sedang bersiap-siap untuk patah hati. Dan bahwa perpisahan, akan selalu basah oleh air mata. Bukankah lirik lagu ini cukup cerdas?