Wednesday, August 8, 2018

Beranikah Kamu Menikah Sebelum Mapan? Ini jawabannya

Hubungan & sex
Ketika ditanya kapan nikah, Kamu selalu menjawab belum siap. Lantas kapan siapnya? Mungkin kamu bisa berdalih ketika mapan.
Jika itu terjadi, Mungkin Kamu banyak sekali mendengar wejangan bahwa menikah dan kemapanan seharusnya jadi satu paket: Jadi mapan dulu baru menikah. Namun, ada juga pasangan yang sudah mapan dan matang dalam umur, namun belum juga merasa siap untuk menikah.
Berdasarkan penelitian Lunch Aktually, sebuah biro jodoh dengan konsep short, sweet, dan simple tersebar di Kuala Lumpur, Hong Kong, Penang, Singapura, dan Indonesia: Di Hong Kong umur ideal untuk menikah adalah 33 tahun ke atas, berbeda dengan Indonesia,  justru hasilnya kaum muda pria dan perempuan memilih cepat menikah pada usia 26 hingga 32 tahun.
Kalau kamu berdalih belum mapan, apa kamu bisa memberi jaminan kapan kamu akan mapan dan siap menikah? Tidak ‘kan? Setidaknya, berikan target untuk diri kamu sendiri dan pastikan ukuran kemapanan kamu itu realistis. Jangan ngotot mau beli rumah yang harganya milyaran baru kamu bisa menikah.
Jangan Hanya Menunggu Harta, Uang Bisa Dicari, Pasangan Seumur Hidup Belum Tentu

Kita semua sadar salah satu faktor yang penting dalam perkawinan adalah harta kekayaan. Dalam perkawinanmu kelak, memang selayaknyalah nanti suamimu yang memberikan nafkah bagi kehidupan rumah tangga, dalam arti harta kekayaan dalam perkawinan ditentukan oleh kondisi dan tanggung jawab suami. Namun di zaman modern ini, dimana Kamu sebagai perempuan juga ikut bekerja.
Jangan hanya menunggu harta, harta bisa dicari bersama , pasangan seumur hidup belum tentu . Sedikit menohok memang, tapi benar adanya . Saat kamu terus-menerus mengejar yang namanya harta dan kemapanan, kamu cenderung kehilangan fokus akan apa yang sebenarnya lebih penting yaitu keluarga.  Dengan berkeluarga, kamu merasakan kehidupan pernikahan dan perjuangan dari bawah bersama-sama, daripada kamu harus ribut dengan harta.
Menikah Sebelum Mapan, Membuat Kamu Menghadapi Pasangannya Dengan Penuh Penghargaan

Kedewasaan seseorang memang tak bisa dilihat dari segi usia. Usia juga sepertinya tak bisa dilihat dari kesiapan seseorang dalam menikah.
Kamu pasti sering melihat perempuan atau pria yang masih berumur muda memutuskan untuk berumah tangga. Tapi tak sedikit juga mereka yang sudah dewasa dari segi umur belum juga menikah. Maka tak ayal banyak yang bertanya berapakah usia tepat untuk menikah  walaupun kesiapan menikah belum tentu dilihat dari umur.
Di Indonesia sendiri, batas usia menikah sudah ditentukan oleh Undang-undang Perkawinan. Pada Undang-undang Perkawinan tahun 1974, usia minimum seorang perempuan untuk menikah adalah 16 tahun. Sedangkan untuk pria, 18 tahun. Namun menurut BKKBN, akan lebih siap jika seorang wanita menikah di atas usia 20 tahun.
Mapan tentu saja bukan soal kekayaan atau kepemilikan saja, mapan adalah usia dan soal kesanggupan Kamu dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya.
Dengan Menikah sebelum Mapan, seseorang akan menghadapi pasangannya dengan penuh penghargaan. Karena ia sadar bahwa dalam diri pasangan tersebut ada sisi-sisi yang akan menyempurnakan dirinya. Bayangkan kalau cara berpikir seperti ini tidak ada dalam sebuah pernikahan, hubungan suami-istri akan melulu atas-bawah, subordinatif, dan cenderung tidak adil.
Mewujudkan Impian Bersama Dalam Rumah Tangga
Kamu tentu punya mimpi, pasanganmu juga punya mimpi. Mewujudkan mimpi, kita tidak bisa sendiri. Kita membutuhkan partner untuk mewujudkan impian-impian kita. Maka dengan menikah sebelum impianmu terwujud, Kamu bersama pasangamu bisa bersama-sama mewujudkan mimpi-mimpi bersama.
Ketika berjuang bersama, di sanalah akan tercipta kesalingpahaman antara suami dan istri. Selanjutnya, keduanya akan sama-sama menjalin komitmen untuk bersama mewujudkan impian-impian besar yang mereka miliki.
Keduanya akan sama-sama menjalin komitmen untuk bersama mewujudkan impian-impian besar yang mereka miliki. Tidak hanya impian bersar, tapi juga impian kecil. Pernikahan bukan hanya tentang mewujudkan impian-impian besar, tapi juga menjalani hal-hal kecil di keseharian.